Saturday, 9 May 2015


BUDIDAYA JAMUR YANG BAIK DAN BENAR







a)      Persiapan bibit
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, diperlukan bibit jamur tiram yang bermutu baik. Bibit dapat diperoleh dengan 2 cara yaitu membiakkan sendiri bibit murni sehingga diperoleh bibit F1, atau dengan membeli bibit F2, F3 atau F4 dari pembudidaya atau instansi penyedia bibit.
b)      Tahap budidaya
Budidaya jamur tiram dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: apabila menggunakan bibit F4, maka budidaya jamur tiram dapat langsung ke tahap budidaya di rumah kumbung, dengan pemeliharaan yang tepat hingga waktunya panen. Apabila menggunakan bibit F3, maka perlu dilakukan tahapan budidaya jamur tiram sebagai berikut :
1)      Penyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran dari serbuk gergaji kayu (90%), bekatul (9%), kapur CaCO3 (1%), dan air secukupnya hingga kadar airnya mencapai 50-70 %.
2)      Fermentasi
Fermentasi media tanam dilakukan dengan tujuan: Mempercepat proses pelapukan Mematikan jamur liar atau bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Fermentasi dilakukan sebelum media digunakan untuk menanam jamur, yaitu dengan cara didiamkan selama 5–10 hari, agar terjadi proses pelapukan/pengomposan pada media tanam. Selama proses fermentasi, suhu media akan meningkat hingga 70°C, sehingga perlu dilakukan pembalikan media setiap hari agar proses pelapukan bisa merata di semua bagian media. Media yang siap digunakan ditandai dengan berubahnya warna media menjadi coklat atau kehitaman.
3)      Sterilisasi
Media tanam yang telah difermentasikan, kemudian dimasukkan ke dalam plastik polipropilen dan dipadatkan hingga berbentuk seperti botol (baglog). Bagian atas plastik (leher plastik) dipasang ring, disumbat dengan kapas, dan dipasang penutup baglog agar air tidak masuk ke dalam kantong pada saat proses pengukusan. Proses sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan panas uap air pada suhu 95–110°C selama 12 jam yang dialirkan ke dalam wadah pengukus berisi baglog. Pada saat suhu pengukusan mencapai suhu 100°C, dipertahankan selama ± 6 jam. Selanjutnya dipertahankan suhunya selama ± 6 jam. Kemudian di keesokan harinya di buka sehingga suhu media tanam dalam baglog kembali normal.
4)      Inokulasi
Baglog yang telah disterilisasi kemudian dipindahkan ke ruang inokulasi dan didiamkan selama 24 jam agar suhunya kembali normal. Untuk meminimalisir terkontaminasinya baglog oleh spora patogen atau bakteri, maka ruang inokulasi harus dalam keadaan steril dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Setelah suhunya normal, baglog siap diisi dengan bibit, yaitu: Semprotkan alkohol ke botol bibit F3, panaskan mulut botol hingga sebagian kapas yang menutupinya terbakar. Kemudian matikan api yang membakar kapas tersebut. Buka kapas penyumbat, aduk-aduk menggunakan kawat yang telah disterilkan di atas api. Ambil ± 10 g bibit dari botol, masukkan ke baglog hingga leher baglog penuh, lalu tutup kembali dengan kapas.

5)      Inkubasi/pemeraman
Untuk menunjang pertumbuhan misellium, jamur tiram diinkubasi dalam ruang inkubasi yang memiliki suhu 24–29°C, kelembaban 90–100 %, cahaya 500–1.000 lux, dan sirkulasi udara 1–2 jam, selama ± 15–30 hari. Setelah baglog dipenuhi misellium jamur, baglog dipindahkan ke rumah kumbung/dikirimkan ke warga untuk dibudidayakan hingga proses pemanenan. Apabila dalam waktu 1 bulan dari masa inkubasi baglog belum ditumbuhi misellium, berarti proses inokulasinya dikatakan gagal/tidak berhasil.
6)      Budidaya di rumah kumbung

Baglog yang telah dipenuhi misellium (bibit F4), dilubangi ujungnya menggunakan silet/cutter yang telah disterilkan. Lubang tersebut dimaksudkan sebagai tempat pertumbuhan tubuh buah jamur tiram.

0 comments:

Post a Comment