Untuk
mendapatkan hasil panen yang baik, diperlukan bibit jamur tiram yang bermutu
baik. Bibit dapat diperoleh dengan 2 cara yaitu membiakkan sendiri bibit murni
sehingga diperoleh bibit F1, atau dengan membeli bibit F2, F3 atau F4 dari
pembudidaya atau instansi penyedia bibit.
b)
Tahap budidaya
Budidaya
jamur tiram dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: apabila menggunakan bibit F4,
maka budidaya jamur tiram dapat langsung ke tahap budidaya di rumah kumbung,
dengan pemeliharaan yang tepat hingga waktunya panen. Apabila menggunakan bibit
F3, maka perlu dilakukan tahapan budidaya jamur tiram sebagai berikut :
1)
Penyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan merupakan
campuran dari serbuk gergaji kayu (90%), bekatul (9%), kapur CaCO3 (1%), dan
air secukupnya hingga kadar airnya mencapai 50-70 %.
2)
Fermentasi
Fermentasi media tanam dilakukan
dengan tujuan: Mempercepat proses pelapukan Mematikan jamur liar atau bakteri
yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Fermentasi dilakukan sebelum
media digunakan untuk menanam jamur, yaitu dengan cara didiamkan selama 5–10
hari, agar terjadi proses pelapukan/pengomposan pada media tanam. Selama proses
fermentasi, suhu media akan meningkat hingga 70°C, sehingga perlu dilakukan
pembalikan media setiap hari agar proses pelapukan bisa merata di semua bagian
media. Media yang siap digunakan ditandai dengan berubahnya warna media menjadi
coklat atau kehitaman.
3)
Sterilisasi
Media tanam yang telah
difermentasikan, kemudian dimasukkan ke dalam plastik polipropilen dan
dipadatkan hingga berbentuk seperti botol (baglog). Bagian atas plastik (leher
plastik) dipasang ring, disumbat dengan kapas, dan dipasang penutup baglog agar
air tidak masuk ke dalam kantong pada saat proses pengukusan. Proses
sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan panas uap air pada suhu 95–110°C
selama 12 jam yang dialirkan ke dalam wadah pengukus berisi baglog. Pada saat
suhu pengukusan mencapai suhu 100°C, dipertahankan selama ± 6 jam. Selanjutnya
dipertahankan suhunya selama ± 6 jam. Kemudian di keesokan harinya di buka
sehingga suhu media tanam dalam baglog kembali normal.
4)
Inokulasi
Baglog yang telah disterilisasi
kemudian dipindahkan ke ruang inokulasi dan didiamkan selama 24 jam agar
suhunya kembali normal. Untuk meminimalisir terkontaminasinya baglog oleh spora
patogen atau bakteri, maka ruang inokulasi harus dalam keadaan steril dan
memiliki sirkulasi udara yang baik. Setelah suhunya normal, baglog siap diisi
dengan bibit, yaitu: Semprotkan alkohol ke botol bibit F3, panaskan mulut botol
hingga sebagian kapas yang menutupinya terbakar. Kemudian matikan api yang membakar
kapas tersebut. Buka kapas penyumbat, aduk-aduk menggunakan kawat yang telah
disterilkan di atas api. Ambil ± 10 g bibit dari botol, masukkan ke baglog
hingga leher baglog penuh, lalu tutup kembali dengan kapas.
5)
Inkubasi/pemeraman
Untuk menunjang pertumbuhan
misellium, jamur tiram diinkubasi dalam ruang inkubasi yang memiliki suhu
24–29°C, kelembaban 90–100 %, cahaya 500–1.000 lux, dan sirkulasi udara 1–2
jam, selama ± 15–30 hari. Setelah baglog dipenuhi misellium jamur, baglog
dipindahkan ke rumah kumbung/dikirimkan ke warga untuk dibudidayakan hingga
proses pemanenan. Apabila dalam waktu 1 bulan dari masa inkubasi baglog belum
ditumbuhi misellium, berarti proses inokulasinya dikatakan gagal/tidak
berhasil.
6)
Budidaya di rumah kumbung
Baglog yang telah dipenuhi misellium (bibit F4), dilubangi ujungnya
menggunakan silet/cutter yang telah disterilkan. Lubang tersebut dimaksudkan
sebagai tempat pertumbuhan tubuh buah jamur tiram.
0 comments:
Post a Comment